Rabu, 17 Maret 2010

Wisata Spiritual Sarat Makna 3

WISATA SPIRITUAL SARAT MAKNA
Oleh : M. Yasin Marjaya
Guru SMP Islam Al Azhar 4 Kemandoran

Perjalanan religius yang menyisakan kenangan manis yang apabila setiap insan mentadaburrinya akan menjadi salah satu daya dorong yang sangat jitu untuk mengaktualisasikan diri atau berkarya dan berbuat semata-mata demi mencari ridho Allah dan mengabdi kepada-Nya dengan penuh tunduk dan berserah diri.
Kenangan indah, manis dan penuh kesan tidak akan mudah meninggalkan tempat persinggahannya karena sudah amat kokoh bersemayam dalam lubuk hati yang paling dalam. Tak ada satupun mahluk yang bernama manusia, dalam menjalani hidup dan kehidupan dunia luput dari pencaharian dari apa yang sering disebut dengan keindahan dan kebahagiaan. “ Ya. Allah jadikan kami sebagai mahluk yang senantiasa memperoleh kebahagian dunia, dan kelak jadikanlah pula kami sebagai mahluk yang memperoleh kebahagiaan di akhirat.”
Kehidupan dunia memang tidak pernah lepas dari dua sisi ; manis-pahit, benci-cinta, baik-buruk, kaya-miskin, sukses-gagal, sedih-bahagia, atasan-bawahan, penguasa-rakyat jelata, luas-sempit, tinggi-pendek, jujur-hianat, gemuk-kurus, dan sebagainya hingga tak terhingga berapa pasang kata lagi yang mampu disebutkan dan dituliskan.
Apapun istilahnya, pada prinsipnya setiap manusia menginginkan kebaikan dan kebahagiaan bagi dirinya. Maha Agung dan Maha Kuasa Allah yang telah menciptakan seluruh mahluk di muka bumi ini dengan berbagai macam kekhasannya termasuk manusia, mahluk paling sempurna yang ditunjuk sebagai khalifah di salah satu planet ciptaan-Nya yang bernama bumi.
Nun jauh di sana, telah ditetapkan oleh Allah SWT, suatu tempat yang sangat mulia yang apabila seseorang mengunjunginya pada waktu yang ditentukan maka akan bernilai ibadah dan Insya Allah akan diberikan kepadanya predikat sebagai muslim/muslimah yang kaffah. Mendatangi tempat tersebut, diwajibkan bagi umat-Nya sekali seumur hidup, yaitu tepatnya dibulan Dzulhijah.
Menginjakan kaki secara langsung di Masjid Haram, di mana terletak Baitullah ; rumah Allah, arah sujud seluruh umat Islam dunia, yang sangat populer di sebut Ka’bah benar-benar menjadi impian atau dambaan bagi setiap muslim/muslimah. Biaya yang sangat besar bukanlah menjadi penghalang; jarak yang sangat jauh tidaklah menjadi hambatan ; harus antri menunggu giliran tidaklah mengendorkan keinginan; niat yang kuat semoga sudah tercatat sebagai duyufurrahmah di hadapan Allah, Dzat yang Maha Besar, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, serta Maha Pengampun.
Bagi yang sudah diberikan kesempatan oleh Allah, berbahagilah dia, tinggal bagaimana menerapkan nilai-nilai ritual tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik untuk dirinya pribadi, lingkungan keluarganya terlebih untuk masyarakatnya. Predikat haji atau hajjah yang disandang setelah pulang dari tanah suci akan memotivasi si empunya akan menjadi penyejuk dan suri tauladan yang selalu terpancar lewat wajah dan senyum manisnya, perkataanya, dan perbuatannya.
Pada tulisan ke tiga ini, sebagai kelanjutan dari tulisan-tulisan sebelumnya, penulis berusaha merewind kenangan manis penulis, dimaksudkan untuk berbagi secuil pengalaman dan semoga kiranya akan menjadi sedikit tambahan bekal persiapan perjalanan menuju Mekah Al Mukaromah dan Madinah Al Munawaroh ; terlebih bagi yang sudah masuk dalam daftar tungggu, waiting list.
Begitu pesawat yang dinaiki landing di Bandar Udara, tepatnya di kota Madinah/ Mekah, hendaknya kita sudah mulai mengubah mind set, pola pikir dan kebiasan yang kita bawa dari tanah air. Kenapa demikian ? Cobalah perhatikan mobil yang mengatarkan kita dari bandara ke hotel atau tempat di mana kita akan menginap. Lihat, mobil yang kita akan naiki letak stirnya berada di sebelah kiri, dan pintunya berada di sebelah kanan. Oleh karena itu, kita harus menaikinya dari sebelah kanan. Begitu mobil tersebut bergerak, perhatikan, mobil itu meluncur di jalur kanan. Hal itu sangat berbeda dengan apa yang kita lihat dan kita lakukan di tanah air. Kita harus berada di jalur kiri.
Dengan kondisi demikian, sudah semestinya kita mulai membiasakan untuk terlebih dahulu menengkok ke kiri bila kita ingin menyebrang jalan ; menunggu di sebelah kanan jika ingin menyetop kendaraan ; lewat pintu sebelah kanan jika ingin turun dan naik dari kendaraan; menyaksikan banyak orang yang menunggu kendaraan di sebelah kanan ; pendeknya, jalan kananlah yang menjadi sebuah pilihan.
Teringat dengan lelucon seorang teman, apakah ini ada filosofinya atau tidak. Ya, namanya juga joke, siapa saja boleh bercanda. “ Mungkin ini salah satunya, negara Arab bisa maju !” “ Mereka mengambil jalan kanan sebagai pilihan.” “ Jalan kanan kan jalan kebaikan!” “Bisa enggak ya, Indonesia, mencontoh ini ?” “ Kita tahu kan, jalan kiri jalannya setan ?” “Lihat saja keadaan negara kita, amburadul gitu!” Penulis hanya tersenyum. Dan canda tersebut masih terngiang di telinga penulis sampai saat ini.
Perbedaan waktu Arab Saudi dengan Indonesia sekitar 4 jam lebih lambat. Jam 6 pagi di Indonesia, jam 2 pagi di Arab Saudi. Jam 12 siang di Indonesia, jam 8 pagi di Arab Saudi. Jam 12 malam di Indonesia, jam 8 malam di Arab Saudi. Untuk itu, pola tidur, makan, mandi, sholat yang biasa dilakukan di Indonesia mesti berubah. Makan pagi di Arab Saudi, makan siang di Indonesia. Makan siang di Arab Saudi, makan malam di Indonesia. Makan malam di Arab Saudi, makan sahur di Indonesia.
Sholat shubuh jam 5 pagi waktu Arab Saudi. Di Indonesia sudah jam 9 pagi. Pada saat itu, kita sudah terbiasa berada di tempat kerja untuk melakukan berbagai aktifitas. Artinya sudah sibuk dengan urusan dunia. Sholat Isya dilaksanakan sekitar jam 11.30 malam waktu Indonesia. Pada saat itu pula, kebiasaan kita di Indonesia sudah tidur lelap. Sehingga ada beberapa jamaah yang sudah terkantuk-kantuk menunggu datangnya waktu sholat Isya. Ini harus dipersiapkan sejak awal.
90% ibadah haji adalah ibadah physic. Oleh karena itu, pergi haji di usia muda akan lebih berpeluang melaksanakan segala rangkaian kegiatan ibadah haji ; dari yang rukun, wajib, sunah dan singgah berjiarah di berbagai tempat yang sangat dianjurkan dalam ritual haji. Namun demikian, jamaah yang berasal dari Indonesia didominasi dari kaum tua, dan tidak selamanya yang tua selalu kalah dengan yang muda. Semua kembali kepada niat dan kesungguhan mereka, dan hanya Allah yang mengetahui itu semua.
Dalam beberapa kesempatan, penulis menemukan jamaah Indonesia yang tergolong berumur, tersesat atau tertinggal dengan rombongannya. Dan yang lebih mengenaskan lagi mereka tidak mengerti bahasa Indonesia sama sekali, mereka hanya bisa menggunakan bahasa daerah mereka Tersesat di tempat di mana kita baru berkunjung untuk yang pertama kali, sungguh tak terbayangkan. Rasanya setiap kita pernah mengalami tersesat. Bagaimana rasanya, cemas, bingung bercampur khawatir. Apalagi tersesat di negara orang. Yang mana ke utara, yang mana ke selatan.
Berkaitan dengan kebutuhan kekuatan phisik yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan ibadah haji, memang sangatlah penting. Penginapan yang akan kita tempatkan, letaknya mayoritas jauh dari Masjid Haram ataupun Masjid Nabawi kecuali jamaah plus. Untuk itu, setiap harinya kita harus berjalan minimal 5 hingga 10 km. Bayangkan, kalau kita tidak persiapkan sejak awal akan terasa pegal diseluru kaki kita. Dan menariknya, menjelang tidur, rekan-rekan penulis termasuk penulis membaluri kaki-kaki kami dengan minyak gosok dimaksudkan untuk mengurangi rasa pegal dan berharap bangun tidur besok rasa pegal itu akan hilang.
Alhamdulillah, penulis termasuk kelompok jamaah yang diberangkatkan untuk gelombang pertama ; artinya, penulis harus singgah di kota Madinah terlebih dahulu, untuk melaksanakan arbain ( sholat wajib 40 waktu di masjid Nabawi ), berjiarah ke makan Nabi, dan para sahabat beliau, dan untuk selanjutnya diberangkatakan ke kota Mekah, menjelang waktu pelaksanaan ibadah haji.
Jarak antara kota Madinah dan kota Mekah kurang lebih 500 km. Waktu tempuh dibutuhkan sekitar 6 jam. Pemerintah Arab Saudi, tampaknya sangat serius memperhatikan tentang keselamatan para jamaah. Kecepatan mobil yang kita naiki tidak lebih dari 80 km per jam. Semua pegas mobil di stel secara otomatis, sekencang apapun pegas yang ditekan oleh sopir, mobil tidak akan bergerak melebihi kecepatan 80 km. Suatu gagasan cemerlang, dan kita terkagum dibuatnya.
Jalan-jalan di Arab Saudi, kebanyakan besar-besar, dan kebanyakan pula digunakan untuk satu arah ; jarang yang digunakan untuk dua arah. Kondisi jalan bersih, dan hampir tidak ada yang berlubang. Melakukan perjalanan di sana, sungguh sangat nyaman. Jarang sekali penulis melihat kendaraan bermotor roda dua, apalagi sejenis bajaj. Di jalan-jalan bebas dari pungutan-pungutan liar. Bahkan tidak ada satupun pintu tol yang penulis lihat. Kendaraan begitu bebas hilir mudik. Seberapa panjang jalan yang mereka lalui tidak terkena biaya sepeser pun. Arab Saudi betul-betul negara kaya.
Sepanjang perjalanan, tidak ada pemandangan lain kecuali gunung-gunung bebatuan dan hamparan padang pasir yang sangat luas. Pemandangan dimalam hari sungguh sangat anggun, di sepanjang jalan dilengkapi dengan lampu penerangan, tak terkecuali gunung-gunung bebatuan. Mereka sangat kaya akan energi listrik. Penulis tidak melihat tanda-tanda kalau mereka melakukan penghematan terhadap energy tersebut. Semua bangunan dilengkapi dengan penerangan yang cukup berlimpah. Setiap rumah tampaknya menggunakan AC. Konon mereka menggunakan tenaga matahari sebagai pembangkit listrik.
Mamasuki kawasan tanah Haram, tampak rambu-rambu terpampang yang bertuliskan moslem only, pertanda hanya orang Islam yang diperbolehkan memasuki kawasan tersebut. Artinya sangat dilarang bagi para non muslim untuk memasuki daerah itu. Dan yang sangat tampak adalah dibangunya lekar (tempat) Al qur’an dengan ukuran raksasa yang ditempatkan tepat diperbatasan memasuki kota Mekah. Oleh karena itu, sesuai dengan namanya kota Mekah disebut dengan Kota Suci. Suatu kota yang diperuntukan hanya bagi orang-orang Islam. Di kota itu terletak rumah Allah, kiblatnya umat Islam seluruh dunia. Bila waktu sholat tiba, pakaian serba putih menutupi seluruh bangunan masjid, yang terkenal akan luas dan megahnya dari seantero dunia.
Di Arab Saudi, tidak akan pernah kita temukan monumen-monumen yang menyerupai mahluk-mahluk bernyawa. Seperti kebanyakan di Indonesia; ada patung Selamat Datang, patung Soedirman, patung Diponogoro, patung Soekarno-Hatta di Makam Pahlawan, dan banyak lagi. Mereka meyakini bahwa, di akhirat kelak, akan dimintai oleh Allah memberikan ruh terhadap mahluk-mahluk bernyawa buatannya, Mereka sangat takut akan hal itu.
Oleh karena itu, kebanyakan monumen-monumen yang di buat di sana dalam bentuk masjid. Ada masjid Kiblatain, masjid Kuba, masjid Tan’im, masjid Jin, masjid Jaranah, masjid Bir Ali. Dibangunnya masjid-masjid itu memiliki nilai sejarah. Masjid Kiblatain dijadikan kiblat umat Islam sebelum umat Islam berkiblat ke masjid Haram. Masjid Bir Ali sebagai tempat Mi’qat bagi jamaah yang melaksanakan haji yang berasal dari kota Madinah. Masjid Tan’im dan masjid Jaranah dijadikan tempat Miq’at jamaah haji yang sudah berada di kota Mekah.
Kalaupun ada monumen, di sepanjang jalan bisa kita lihat vase bunga ukuran besar, sepeda ukuran besar ( orang menyebutnya sepeda nabi Adam ), bola ukuran besar, pendeknya tidak ada monumen yang mempersonifikasikan mahluk bernyawa. Ada juga gemericik air yang turun dari bukit bebatuan, ternyata di atas bukit tersebut terletak rumah seorang raja Arab Saudi. Atau ada juga taman-taman di sepanjang jalan yang dilengkapi keran-keran air di bawahnya, terlihat rindang sekali. Konon, tanah dan pepohonannya didatangkan dari Indonesia.
Postur tubuh orang-orang Timur Tengah, Afrika, daratan Eropa, dan Amerika kebanyakan tinggi besar. Sementara orang-orang dari kawasan Asia kebanyakan berpostur sedang atau kecil. Akan tetapi, ada satu hal yang menurut pengamatan penulis, sungguh menarik. Hampir semua masjid yang disinggahi penulis, keran-keran air untuk berwudhu letaknya sangat rendah. Orang-orang Asia saja yang terbilang pendek, harus membungkuk sedemikian rupa untuk berwudhu. Memang sih dibuatkan semacam bangku-bangku, namun banyak yang basah, sehingga jarang jamaah yang duduk sambil berwudhu. Salah satu syarat sahnya sholat adalah berwudhu; berwudhu sambil duduk diharapkan tidak tergesa-gesa dan dimungkinkan lebih sempurna. Kalau wudhunya sah insya Allah sholatnya sah. Mungkin itu yang dimaksudkan oleh para pendesain masjid-masjid di Arab Saudi. Mudah-mudahan pendapat penulis benar.
Di Arab Saudi, sangat jarang turun hujan. Daerahnya tandus, berdebu, panas dan berangin. Untuk memenuhi kebutuhan air, mereka menggunakan teknolgi modern; yaitu melakukan penyulingan air laut. Pada saat perjalanan kunjungan ke laut merah di mana terletak masjid terapung, penulis ditunjukkan oleh pemandu letak atau tempat penyulingan air laut. Air didistribusikan lewat pipa-pipa besar yang dipasang hingga ke seluruh kota Mekkah. Dengan demikian, kebutuhan akan air dapat terpenuhi.
Hujan memang jarang turun, tetapi persediaan air sangat berlimpah. Namum jangan mimpi, kita bisa menghambur-hamburkan air semaunya. Ketika kita berwudhu di masjid Nabawi atau di masjid Haram, dan ketika itu pula kita putar keran air untuk berwudhu, perhatikan, air yang ke luar benar-benar hanya cukup untuk keperluan berwudhu. Sebesar apapun keran air yang kita putar, air akan keluar seperti putaran pertama, enggak kurang, enggak lebih. Seperti pegas mobil yang distel secara otomatis untuk mengatur kecepatan mobil, sebagaimana diuraikan pada bagian awal tulisan ini.
Ternyata sangat banyak warga negara Indonesia yang menetap di Arab Saudi. Mereka manjadi mahasiswa, sopir, pembantu rumah tangga, petugas kebersihan masjid Nabawi (penulis melihat salah satunya, sepertinya berasal dari Jawa Barat) dan pekerja kasar lainnya. Di musim haji, mereka tampaknya memanfaatkan kesempatan. Untuk mencium Hajar Aswad, banyak jamaah Indonesia yang menggunakan jasa mereka. Kebanyakan mereka dari Indonesia yang didominasi dari suku tertentu. Kalau di Indonesia, banyak calo ; calo tanah, calo mobil, calo motor, calo SIM, calo KTP, dan calo-calo lainnya. Nah, kalau di sana “ Calo Hajar Aswad. “
Aneka makanan Indonesia tersedia banyak di sana. ( Bersambung …)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar